
Lelaki ini bernama al-Kifl.
Seorang Bani Israil. Pelaku kriminal, suka berjudi, bermaksiat, zina,
dan semua jenis kejahatan lainnya. Al-Kifl, disebutkan oleh Dr Muhammad
Ismail Muqaddam dalam Fikih Malu, “Tidak bisa mencegah dirinya dari berbuat dosa.”
Suatu malam, al-Kifl mendatangi seorang
wanita untuk memuaskan nafsunya. Tak lama setelahnya, ia pun menemukan
wanita yang dinginkan oleh nafsu buruknya itu. Diajaklah ke tempat yang
telah disiapkannya, berdua. Kepada wanita yang bisa puaskan nafsunya
itu, al-Kifl menyediakan 60 Dinar, setara dengan 120.000.000 rupiah
(kurs 1 dinar= 2 juta).
Ketika al-Kifl bergegas melampiaskan
hasrat busuknya, tiba-tiba wanita itu menangis sejadi-jadinya, tanpa
sebab. “Apa yang membuatmu menangis?” tanya al-Kifl penuh keheranan.
“Berzina adalah pekerjaan yang belum
pernah aku lakukan.” jawab wanita itu sembari menahan isaknya. Terangnya
kemudian, “Tak ada yang memaksaku melakukan perbuatan keji ini, kecuali
kebutuhan ekonomi yang amat mendesak.”
Tanya al-Kifl untuk kedua kali, “Apakah kamu menangis karena takut kepada Allah Ta’ala?”
“Akulah,” terang lelaki keturunan Bani Israil itu, “yang seharusnya menangis dan takut kepada Allah Ta’ala.”
Ia pun mempersilakan wanita itu pergi
sebelum menuruti nafsu bejatnya. Kepadanya, al-Kifl berikan uang yang
dibutuhkannya. Kemudian, ia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan
bermaksiat kepada Allah Ta’ala selamanya.”
Qadarullah, malam itu juga al-Kifl meninggal dunia. Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya, bahwa pengampunan kepada Bani Israil diberikan oleh Allah Ta’ala dengan bentuk tulisan yang ada di pintu rumahnya.
Maka pagi harinya, sebagaimana
diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab ini, “Keesokan
harinya, tertulis di pintu rumahnya, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
mengampuni dosa al-Kifl.’”
Disebutkan pula dalam hadits riwayat Imam
at-Tirmidzi ini, “Orang-orang pun kagum melihat hal itu, hingga Allah
Ta’ala memberikan wahyu kepada salah seorang Nabi dari mereka tentang
kisah al-Kifl.”
Keseluruhan kehidupan dan akhirnya adalah
misteri. Hanya Allah Ta’ala yang tahu. Karenanya, kita harus senantiasa
berdoa dan bersungguh-sungguh agar ditetapkan dalam iman dan Islam
hingga akhir hayat. Sebab hanya dengan itulah kita berhak mewarisi surga
yang lebih luas dari langit dan bumi serta penuh kenikmatan tanpa
batas.
0 komentar:
Posting Komentar